Pembelajaran dengan Menggunakan Peta Konsep



A.   PENDAHULUAN
1.    Latar belakang
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, proses penemuan konsep merupakan hal yang sangat esensial untuk dilakukan. Belajar merupakan proses bertahap dari materi-materi yang relatif sederhana menuju kepada materi-materi yang kompleks. Setiap materi yang dipelajari mempunyai konsep masing-masing baik konsep itu merupakan konsep yang mempunyai sifat inklusif (umum) maupun konsep yang paling khusus. Untuk dapat menguasai semua konsep yang telah dipelajari tanpa cara-cara tertentu merupakan hal yang tidak mudah. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memudahkan menemukan kembali konsep - konsep itu adalah dengan membuat kaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya. Hubungan antara satu konsep lain inilah yang disebut peta konsep.
2.    Rumusan masalah
a)    Apa pengertian dari peta konsep?
b)    Bagaimana penerapan dari peta konsep?
c)    Bagaimana keungulan dan kelemahan dari peta konsep?

B.   PEMBAHASAN
1.    Pengertian
Konsep adalah gagasan yang digeneralisasi dari pengalaman yang relevan; simbol yang mewakili benda, kejadian/situasi dengan ciri – ciri tertentu; abstraksi dari sesuatu dengan ciri tertentu untuk memudahkan komunikasi dan memungkinkan manusia berpikir.
Peta konsep sebagai instrumen dapat digunakan untuk  analisis konsep ,mengenai peta konsep itu sendiri berdasarkan definisinya sebagai berikut : Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep.
Selanjutnya Suparno (Basuki, 2001: 9) mengenukakan bahwa: “Peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan”. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensiasi progresif dan prinsip penyesuaian integratif .
Sedangkan Peta Konsep, dijelaskan oleh penemunya – Novak pada tahun 1985 – sebagai “Graphical tools for organizing and representing knowledge. They include concepts, usually enclosed in circles or boxes of some type, and relationships between concepts indicated by a connecting line linking two concepts. Words on the line, referred to as linking words or linking phrases, specify the relationship between the two concepts.” – Novak (2005). Peta Konsep adalah piranti visual untuk mengorganisir dan merepresentasikan pengetahuan. Di dalamnya terdapat konsep-konsep, yang dihubungkan dengan kata/kata-kata penghubung yang jelas. Dua konsep hanya bisa dihubungkan oleh satu kata/kata-kata penghubung. Susunan hubungan antar konsep bisa disusun berdasarkan yang umum, hingga yang khusus secara hirarkis.
Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut :
a)    Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi.
b)    Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi.3. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.
2.    Peta konsep dalam pembelajaran
Teori belajar bermakna Ausubel merupakan suatu proses dalam belajar dimana informasi baru dikaitkan pada konsep-konsep yang relevan yang telah ada dalam struktur kognitif pembelajar. Pada materi pelajaran tertentu struktur kognitif mencerminkan seberapa baik siswa mengorganisir pemahaman konseptualnya. Dalam proses belajar bermakna pengaitan informasi tersebut tidak berupa belajar yang sesuka hati, tetapi pembelajar harus memilih untuk mencocokkan atau menghubungkan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang ada. Di samping itu belajar bermakna juga dapat dilakukan dengan cara substantive yaitu pembelajar dapat mengidentifikasi konsep-konsep kunci dan menghubungkan dengan pengalaman aktual. Dalam pembahasan mengenai belajar bermakna, Ausubel membuat perbandingan dengan belajar hapalan yang hanya menghapal materi-materi pelajaran yang ada. Belajar hapalan terjadi apabila pembelajar mempelajari konsep-konsep baru tersebut dengan konsep-konsep yang relevan yang sudah diketahui. Proses pengaitan informasi baru dengan informasi yang relevan yang sudah diketahui merupakan suatu proses yang memiliki hubungan erat dengan subsume. Subsumer merupakan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif yang mana dalam proses belajar bermakna mengalami modifikasi dan terdiferensiasi lebih lanjut yang diakibatkan oleh asimilasi pengetahuan baru selama belajar bermakna berlangsung. Inilah yang menyebabkan materi – materi yang dipelajari dengan cara bermakna akan relative lebih lama mengendap dibandingkan dengan materi – materi yang hanya dipelajari secara hafalan. Ausubel dan Novak (dalam dahar, 1989: 115) mengemukakan bahwa ada tiga kebaikan dari belajar bermakna, yaitu: 1. Informasi yang dipelajari secara bermakna akan lebih lama diingat. 2. Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer– subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip. 3. Informasi yang dilupakan sesudah subsume obliteratif, meningkatkan efek residual pada subsumer sehingga mempermudah belajar hal - hal yang mirip, walaupun telah terjadi “lupa”. Faktor – faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam bidang studi tertentu. Sifat – sifat struktur kognitif menentukan vadilitas dan kejelasan arti – arti yang timbul dan sifat proses interaksi waltu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif. Jika struktur kognitif itu stabil, jelas dan diatur dengan baik, maka arti – arti yang sahih dan jelas akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi. Dalam teori belajar bermakna sangat ditekankan agar guru mengetahui konsep – konsep yang telah dimiliki para siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung. Novak (dalam Dahar, 1989: 122) dalam bukunya Learning How To Learn mengemukakan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan peta konsep.
Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan   petunjuk   bagi  guru, untuk  menunjukkan   hubungan  antara   ide-ide   yang penting  dengan  rencana  pembelajaran. Sedangkan  menurut  Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.
Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antar konsep-konsep yang terbentuk menjadi proposisi. Proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic.
Dengan demikian siswa dapat mengorganisasi konsep pelajaran yang telah dipelajari berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Hubungan satu konsep (informasi) dengan konsep lain disebut proposisi. Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam bab yang bersangkutan. Konsep yang dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata menghubung. Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain. Keseluruhan konsep-konsep tersebut disusun menjadi sebuah tingkatan dari konsep yang paling umum, kurang umum dan akhirnya sampai pada konsep yang paling khusus. Tingkatan dari konsep-konsep ini disebut dengan hierarki. Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan di atas. Konsep yang kurang inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus ditempatkan di bawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung. Konsep yang inklusif dapat dihubungkan dengan beberapa konsep yang kurang inklusif. Konsep yang paling inklusif diletakkan pada pohon konsep. Konsep ini disebut kunci konsep. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan dengan konsep pada jalur yang lain dengan kata penghubung. Hubungan ini disebut dengan kaitan silang. 
Dalam pembelajaran, peta konsep dapat diterapkan untuk berbagai tujuan. Menurut Dahar (1989:129) menyatakan bahwa berdasarkan tujuannya, fungsi peta konsep ada empat.
a)    Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.
Dalam belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep relevan yang telah mereka miliki.Untukmemperlancar proses ini, baik guru dan siswa perlu mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa ketika pelajaran baru akan dimulai, sedangkan siswa diharapkan dapat menunjukkan di mana mereka berada, atau konsep-konsep apa yang telah mereka milikidalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep guru dapat melaksankan apa yang telah dikemukakan di atas, dan dengan demikian siswa diharapkan akan mengalami belajar ber-makna. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guru untuk maksud ini ialah dengan memilih satu konsep utama dari pokok bahasan yang akan dibahas, kemudian menyuruh siswa untuk menyusun peta konsep dengan menghubungkan konsep-konsep itu. Selanjutnya siswa diminta untuk menambahkan konsepkonsep dan mengaitkan konsep-konsep itu hingga mambentuk proposisi yang bermakna. Dari peta konsep-peta konsep yang dihasilkan oleh siswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan.
b)     Mempelajari Cara Belajar
Bila seseorang dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran , ia tidak akan begitu saja memahami apa yang dibacanya.Dengan diminta untuk menyusun peta konsep dari isi bab itu , ia akan berusaha untuk mengeluarkan konsep-konsep dari apa yang dibacanya, meletakkan konsep yang paling inklusif pada puncak pe-ta konsep yang dibuatnya, kemudian mengurutkan konsep-konsep yang lain yang kurang inklusif pada konsep yang paling inklusif, demikian seterusnya.
c)    Mengungkapkan konsepsi salah
Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkn di atas, peta konsep dapat pula mengungkapkan konsepsi salah (misconception) yang terjadi pada  mahasis-wa. Konsep salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah.
d)    Alat Evaluasi
Penerapan peta konsep dalam pendidikan yang terakhir dibahas adalah peta konsep sebagai alat evaluasi. Selama ini alat-alat evaluasi yang digunakan guru adalah tes obyektif atau tes esai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus me-megang peranan dalam dunia pendidikan, teknik-teknik evaluasi baru perlu dipi-kirkan untuk memecahkan masalah-masalah evaluasi yang kita hadapi selama ini.
3.    Keunggulan dan kelemahan penggunaan peta konsep
a)    Keunggulan peta konsep
Novak dan Gowin (dalam Haris, 2005:18) mengemukakan kelebihan peta konsep bagi guru dan siswa. Kelebihan peta konsep bagi guru adalah sebagai berikut.
                                      i.        Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan
                                     ii.        Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi pelajaran, hal ini disebabkan peta konsep adalah alat belajar yang tidak menimbulkan efek verbal bagi siswa, karena siswa dengan mudah melihat, membaca, dan mengerti makna yang diberikan
                                    iii.        Pemetaan konsep menolong guru memilh aturan pengajaran berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak materi pelajaran yang disajikan dalam urutan yang acak
                                   iv.        Peta konsep membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajaran.

Sedangkan kelebihan peta konsep bagi siswa adalah sebagai berikut
                                      i.        Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan pro-ses belajar yang bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman sis-wa dan daya ingat belajarnya,
                                     ii.        Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berfikir siswa, yang pada gilirannya akan menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pa-da siswa
                                    iii.        Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang akan memudahkan belajar
                                   iv.        Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih komprehensif dalam setiap komponen konsep- konsep dan mengenali miskonsepsi.
b)    Kelemahan Peta Konsep
Beberapa kelemahan atau hambatan yang mungkin dialami siswa dalam menyusun peta konsep antara lain(Haris, 2005:20):
                                       i.        Perlunya waktu yang cukup lama untuk menyusun peta konsep, sedangkan waktu yang tersedia terbatas,
                                      ii.        Sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat pada materi yang dipelajari,
                                     iii.        Sulit menentukan kata-kata untuk menghubungkan konsep yang satu dengan konsep yang lain
Jadi hambatan yang kemungkinan dialami siswa akan dapat diatasi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Siswa diminta untuk membu-at peta konsep di rumah dan pada pertemuan selanjutnya dibahas di kelas, (2) Ma-hasiswa diharapkan dapat membaca kembali materi dan memahaminya, agar da-pat mengenali konsep-konsep yang ada dalam bacaan sehingga dapat mengaitkan konsep-konsep tersebut dalam peta konsep (Haris, 2005:21).

Contoh Penerapan Peta Konsep
peta konsep oleh: Fajrinadifah

C.   PENUTUP
1.    Kesimpulan
a)    Penggunaan peta konsep akan mendukung terjadinya proses belajar bermakna pada siswa. Siswa yang belajar dengan penuh makna akan menghubungkan konsep -  konsep yang baru yang telah diketahui sebelumnya, sehingga terbentuk struktur pemahaman konseptual yang terorganisir dengan baik.
b)    Pengorganisasian kerangka kerja konsep dengan baik akan meningkatkan pemahaman konsep pembelajar. Ini berarti bahwa belajar tentang bagaimana cara belajar yang sesungguhnya.
c)    Penggunaan peta konsep dalam pembelajaran  sangat membantu guru dalam menyampaikan materi.



DAFTAR PUSTAKA
http://www.eurekapendidikan.com/2015/08/pengertian-peta-konsep.html   (diakses pada jumat, 8 April 2016 pukul 15.13 wib )
http://uho.ac.id/wiptek/Fulltext/2006-2010/Wiptek%202008%20Juli_07_Yoo%20Eka%20Yana%20Kansil.pdf (diakses pada hari Jumat, 8 April 2016 pukul 15.45 wib )
https://areknerut.wordpress.com/2012/12/17/peta-konsep/  (diakses pada hari sabtu, 9 April 2016 pukul 21.30 wib )



Comments